Selasa, 01 Maret 2016

Antara Burung, Flasdisk, Presiden dan Kopi




Awan bergumpal-gumpal, mentari menyuram, langit menghitam, angin bertiup dan burung-burung menjerit ketakutan, aku bergegas mengambil baju yang tergantung dijemuran yang dibentangkan diantara pilar-pilar penyangga rumah.

 Suasana itu mengingatkanku pada  enam belas tahun yang lalu  ketika aku berlibur bermain dirumah uwak di Tangerang sejak itulah aku mulai dikenalkan dengan deretan buku-buku usang yang penuh dengan butiran-butiran kecil seketika aku harus menutup mulut dan hidungku dengan tangan kiriku sedangkan tangan kananku sibuk menelusuri jejak-jejak para pejuang literasi seperti jejak-jejak presiden yang telah memberikan kemerdekaan pada bangsa ini.

Koleksi buku-bukunya lumayan banyak mulai dari majalah, koran sampai buku-buku dari berbagai penerbit jaman dulu. Yang sering aku baca ketika itu adalah majalah intisari. Aku paling suka mengumpulkan tulisan-tulisan Quotenya.

Duduk disudut lantai dua adalah tempat favoritku ditemani secangkir kopi sebagai penawar ketika rasa kantukku datang atau terlalu lama menelusuri lembaran demi lembaran halaman yang aku baca.

“Kak, tahu flasdisku tidak?”  lamunanku terhenti oleh ocehan adikku

“Iya.. kenapa?”

“Iiih, kakak tahu flasdisku yang merah jambu itu?”

“Mana kakak tahu” jawabku sekenanya.

“Iiiih kakak, bantu nyariin dong, kak?”  baiklah kakak akan bantu kamu tapi sebelumnya kamu bikinin kakak kopi dulu yah, gih sana bikin kopi dulu biar kakak yang cari dimana keberadaan flasdisk itu.

Dengan terpaksa sigembul adikku melenggok ke arah dapur dan kembali beberapa menit
kemudian dengan secangkir kopi dikedua tangannya.

“Mana, dah ketemu belum kak?” gelisah terlihat diwajah ovalnya.
Sabar-sabar ini lagi dicari. 

2 komentar: